Setelah dikumpulkan.

raymunduswendi | Februari 13, 2014 |
Aku tak memaksa kalian untuk menyukainya, cobalah baca dulu siapa tahu ada yang mengena.
  1. Tetap hangatlah kau dalam gelasku agar tetap membuatku terjaga malam ini, sama seperti selimut menghangatkanmu di sana
  2. Baik kumulai pagi yang kian meninggi ini dengan secangkir kopi yang sedari tadi menunggu kapan ia akan dieksekusi.
  3. Semilir angin berteman sunyi, secawan kopi masih menjadi lentera sepiku malam ini.
  4. Ketika gelasnya tak lagi berisi, aku ditinggalnya sendiri dalam sepi hingga esok pagi datang kembali.
  5. Sementara disana kau bersuka hingga mabuk bersama selirmu aku takkan berduka sebab tlah kularutkan lara dalam kopiku.
  6. Di sini ku mabuk rindu tiada tempat lain mengadu lara hati ini selain pada selirku yang kunamai kopi.
  7. Deskripsi: Di sebelahku ada tumpukan revisi, dengan cangkir kopi yang setengah berisi, sedang akunya sibuk berpuisi tentang kopi.
  8. Kau tau, ini kopiku dan aku sedang tak ingin berbagi. Biar kunikmati dulu, sudah sana kau pergi.
  9. Bersama dia aku tak pernah takut melawan panjangnya malam, walau kelam sekalipun.
  10. Hangatnya hilangkan penat setelah lama aku berkutat dengan benda yg membuat otakku penat. Seteguk kopi mampu cairkan pikiranku.
  11. Kembalinya hujan dimalam ini menjadikan aku tak tentu rudu, ada rindu. ku sesap lagi kopi tuk hangatkan dan tenangkan diri, biarlah berlalu.
  12. Dari seteguk kopiku pagi ini, ada setumpuk semangat yang coba bangunkanku dari tidurku selama ini.
  13. Tersirat dalam tiap sesap yang kau nikmati, tertuang tumpah dalam secangkir kopi pagi ini.
  14. Berteman kopi di kala sendiri, berkalung mimpi dalam kesunyian, kuanggap semua itu sebagai metamorfosa rindu.
  15. Seperti halnya rindu; ia adalah candu dan sangat mengganggu, ia menyesatkan tapi tetap nikmat.
  16. Semoga rasa tetap menggelora hingga batas senja yang tak terduga menjadi warna dengan sejuta pesona menggapai asa selama kita bisa.
  17. Senja telah kembali, aku teringat lagi janji-janji kita hari itu yang kini terpatri di hati dengan kopi sebagai saksi.
  18. Pada senja ku titip salam sebuah rasa yang tak ingin kuucap sebab bila ku ucap menjadi-jadilah ia menyiksaku.
  19. Senja bukan hanya perkara warna, tapi juga rasa yang tercipta saat mata melihat ada kuasa dari Sang Pencipta.
  20. Pada tumpuk kertas ia terkulai lemas, keringatnya mengucur deras. Tujuannya hanya satu selembar kertas dengan tinta emas
  21. Pohon ditebang tak ditanam ulang; sampah dibuang sembarangan. Panas seminggu kekeringan; hujan seharian banjir yang datang.
  22. Kepada mata yang terhormat, haruskah saya berkirim surat agar engkau secepatnya punya niat untuk memejam sejenak.
  23. Siang, sudut terang dimana para bintang sedang menghilang dari pandangan. Tapi tetap terasa gelap saat mata terpejam untuk tidur siang.
  24. Tentang budaya aku tak terlalu pandai menilai sebab semua kita punya meski berbeda, yang baik hendaknya dijaga yang buruk masukan ke neraka.
  25. Bulan, tempat beranak pinak yang bernama tanggal. Ya almanak. Sayang yang dicinta hanya yang muda, yang tua suka bikin menderita.
  26. Bintang, bercak berwarna pada ruang yang terbentang di atas sana, indah bila tampak jauh apa lagi jika sedang jatuh.
  27. Terkadang inspirasiku adalah mereka, namun sayang mereka bahkan menganggap aku tak pernah ada. Terima kasih sang idola.
  28. Untuk mengakhiri kita harus memulai, sesederhana itu namus sulit dilaksanakan.
  29. Terkadang sesuatu yang indah bukan karena corak dan warnanya melainkan kepolosan dan sifat alaminya.
  30. Kemarin aku lupa akan mentari pagi bahkan apa itu pagi, sesal kurasa begitu tahu waktu begitu mudah berlalu.
  31. Jika disini ada kasur, aku ingin tidur dalam damainya dengkuran. Terlalu lelah mata ini menatap sesuatu yg tak bisa kuukur.
  32. Dulu aku sering berpuisi, seiring kesepian dan rasa mati yang menghampiri, ianya hilang terbawa pergi bersama suasana hati.
  33. Rahasia, kitalah yang menjaganya bukan mereka apalagi dia. Semua hanyalah tentang mulut yang berbicara.
  34. Kita tak tahu sampai batas mana kita mampu menjaga. Rahasia antara kita hanya kita bertigalah yang tahu.
  35. Kita tak tahu sampai batas mana kita mampu menjaga. Rahasia antara kita hanya kita bertigalah yang tahu.
  36. Dengan mata berkaca-kaca, ia masih terjaga. Nyaris setengah tiga.
  37. Kakiku adalah tunjar yang selalu membuatku berdiri teguh, tanpanya aku lumpuh.
  38. Hatiku adalah penyaring, bagai filter pada sebatang lisong. Berusaha membuat lebih baik walau kadang pula munafik.
  39. Otakku adalah diktaktor, ialah kreator dibalik semua masalah yang ada, karena yang lain hanya manggut-manggut pada titahnya.
  40. Jantungku adalah bom waktu, setiap detiknya menghitung mundur hingga kelak terhenti, untuk kembali pada-Nya.
  41. Tengah malam waktu ia pulang, dengan mata berkunang-kunang, terombang-ambing dengan beban dalam keranjangnya.
  42. Sejadi-jadinya meraung nada kesedihan tanpa kata terujar, hanya terpancar dalam balutan wajah penuh kepalsuan.
  43. Hanya dalam mimpi kita dapat terbang menjelajah segala ruang, sedang nyatanya terbentang jurang yang tak dapat kuseberangi.
  44. Kau menjadi sebuah candu dalam rupa rindu, mengganggu tiap tidurku, tapi aku suka. 
  45. Hidupku berbekal kenangan pada kisah indah yang selalu membuatku bergairah, harusnya kamu juga gitu.
  46. Meski ku tahu kau raja penjilat, jangan harap muslihatmu membuatku terjerat, aku lumayan pandai berkelit.
  47. Titik-titik hijau yang menghitam legam pada sebuah asa, menjadi serpihan rindu yang selalu kau acuhkan.
  48. Hujannya selesai, dinginnya terasa abadi, mungkin secangkir kopi adalah jawaban tepat temani dan hangati sepiku malam ini.
  49. Aku begitu mengerti akan rindu, sepi, dan menanti, tapi ku tak tahu pasti hatimu. Semoga sama sepertiku.
  50. Kisah bercerita hati mulai terpana membaca segala suasana menerka apa kau juga begitu, rindu.
  51. Kutahu, bukan aku saja yang mengagumimu dalam tiap lakumu, tapi yang kutahu pasti, ada rindu dariku untukmu tiap waktu.
  52. Nanar aku bila berputar, berputar mengintar masa lalu waktu itu. Rasa memang menggelora tapi sayang masa tak dapat ku paksa.
  53. Jawaban adalah ketegasan, atas ya tidaknya perasaan yang terlontar walau sedikit bergetar tapi kupastikan aku tegar.

Share to

Facebook Google+ Twitter Digg

3 komentar:

  1. Yang ini sialan banget, udah baca serius2 taunya... : Di sini ku mabuk rindu tiada tempat lain mengadu lara hati ini selain pada selirku yang kunamai kopi. keren-keren kalimat-kalimatnya.. :)

    BalasHapus

Manusia akan berkomentar dengan bahasa yang baik, sopan, dan santun. Silakan berkomentar yang bersifat membangun. No Rasis, No SARA, No Long orang boleh.