Pada zaman dahulu, hiduplah seekor burung. Burung itu bernama Cangceriat.
Ia sangat suka hinggap di ranting pohon yang rendah dan kecil. Burung
cangceriat ukuran tubuhnya kecil.
Pada suatu hari di tepi ladang cangceriat bertengger disebatang pohon yang
kecil. Ia berbunyi dengan merdunya. Cangceriat... cangceriat... cangceriat
begitulah bunyinya. Disebelah pohon tempat Cangceriat bertengger ada seekor
rusa. Rusa tersebut melihat cangceriat bertengger lalu diserangnyalah Cangceriat,
Canggeriat kini berada dalam mulut si rusa, namun rusa tidak menelannya. Ia
hanya mengulumnya saja.
Cangceriat yang berada di dalam mulut si rusa berpikir, bagaimana caranya
sehingga ia bisa keluar dari mulut si rusa. Lalu cangceriat pun mulai berbunyi.
“cang...cangceriat.... cang...cangceriat.... berimbun padi, sekarang induk aku
pasti sedang memasak di rumah” Si rusa hanya berbunyi “hemmm” mendengar cerita
cangceriat. Terus-menerus Cangceriat berbunyi. cang...cangceriat....
cang...cangceriat.... berimbun padi, kalau sudah masak, induk aku makan,
setelah makan induk aku bersihkan tangannya, setelah makan dan kenyang induk
aku berak, berak tainya berbuny prek kebebek”. Mendengar bunyi prek kebebek,
rusa pun tertawa terbahak-bahak, sehingga terbukalah mulut si rusa. Cangceriat
tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, kesempatan seperti itulah yang ia cari.
Cangceriat pun terbang keluar melesat dengan cepatnya. Ketika ia keluar, ia
menabrak dua gigi rusa. Gigi tersebut menjadi patah dan rusa itu menjadi
ompong. Rusa pun kalah bertarung dengan cangceriat yang kecil, kini cangceriat telah
bebas dari mulut rusa dengan mematahkan dua gigi si rusa.