Secercah Rasa

raymunduswendi | Oktober 19, 2013 | 4 Comments so far
Berbulan berlalu tanpa pernah bertemu
Sejuta rasa ku tumpuk di sudut kalbu

Tanpa kata kita bercerita
Tanpa mata kita coba membaca
Sebuah tanda sebuah makna

Kisah bercerita hati mulai terpana
Menerka apa kau juga begitu
Membaca segala suasana

Kabur menjadi terkubur
Cerah semakin sumingrah
Terbaca apa yang tak terbaca
Membaca apa yang tak dapat dirasa

Semoga rasa tetap menggelora
Hingga batas senja yang tak terduga
Menjadi warna dengan sejuta pesona
Menggapai asa selama kita bisa

Salam Malam

raymunduswendi | Oktober 19, 2013 | 16 Comments so far
Pada angin malam ku titip salam
Sebuah rasa yang tak ingin kuucap
Sebab bila ku ucap menjadi-jadilah ia menyiksaku
Biarku berkisah atas resah yang membuatku gelisah

Nanar aku bila berputar, mengintar masa-masa itu
Rasa memang menggelora 
tapi sayang tak dapat kupaksa
Aku ingin kembali, 
kembali mengulang masa itu
Masa dimana dulu kita sering bertemu
Namun tak menyatu
Masa dimana dulu hanya ada aku dan dirimu
Kini terpisah jarak; 
tak ada lagi waktu; apa lagi cumbu

Tak ada lagi tatap matamu, tak ada lagi kecup keningmu
Hanya ucapan selamat yang selalu dan saling menemani tiap tutup dan buka mata kita
Hanya cerita tanpa tatap-mata yang selalu kubaca
Hanya suara tanpa empunya  yang selalu kudengar
Hanya dan hanya sebagai keluhku atas batas yang menjadi begitu luas

Rasa memang menggelora tapi sayang masa tak dapat kupaksa

Pada angin malam kutitip salam
Sebuah rasa yang tak ingin kuucap

Sebab bila kuucap menjadi-jadilah ia menyiksaku




Bayaran Rindu #1

raymunduswendi | Oktober 17, 2013 | Jadilah yang pertamax!



Setelah selesai berkemas, Rafa langsung berangkat menuju rumah Ria. Dengan kuda besi berwarna biru dipadu remang kabut malam, tak membuatnya merasa ragu untuk bertemu dia yang lama ia rindu.

Tiba disana dengan suasana sepi. Entah apa yang terjadi. Tak biasanya lingkungan tempat tinggalnya seperti itu, selalau ada keriuhan dibalik bangunan kokoh bertingkat dua itu.

“Aku udah di depan ni” sebuah sms dikirim, sekedar memastikan bahwa Ria memang ada di rumah.

Tanpa balasan pintu terbuka, sesosok tubuh yang tak asing namun tampak berbeda muncul dibalik daun pintu itu. Ia menutup kembali, dan mengunci pintu itu. Senyum yang lama tak terlihat begitu penuh rona bahagia ketika ia melempar sebuah senyum khasnya sambil berjalan menuju ke arah Rafa.

“Oke, kita berangkat.” Ucapnya sambil menaiki si kuda biru yang siap dipacu menuju tempat yang tak tentu. Memang tak ada tujuan pasti ketika Rafa mengajak Ria untuk keluyuran malam itu.

“Kemana orang-orang, tumben kok malam ini sepi?” Tanya Rafa sambil fokus menatap jalanan.

“Orang rumah barusan keluar, mereka pergi ke undangan teman papa.” Jawab Ria sambil mengatur posisi duduk yang ia rasa belum begitu pas.
“Trus kita mau kemana?” tanya Ria

“Enaknya kemana, aku juga belum ada tujuan ni. Jawab Rafa dengan nada seenaknya.
Entah jawaban yang menyenangkan ataupun menyebalkan, tapi begitulah sikap Rafa, cuek.

“Terserahlah, yang nyopirkan dirimu, aku sih ikut aja.” Balas Ria.

“Andai ada tempat yang bernama terserah, mungkin tempat itulah yang paling ramai waktu semua orang tak punya tujuan pasti” Kata Rafa dengan nada sok mengejek.

“Iih, udahlah, kita mutar-mutar aja dulu ke pusat kota, siapa tau ada tempat yang pas nanti, baru kita singgah.”

Motor kian melaju, perbincangan kedua remaja itupun semakin seru. Maklum, masa selama tiga bulan tak pernah bertemu membuatnya begitu banyak cerita antara mereka.

Sedang asiknya bercerita,  Rafa yang mengemudi lupa berbelok ke arah bundaran. Ia mengambil jalur lurus yang bukan menuju pusat kota. Sambil menertawakan kesalahan itu, obrolan kedua remaja itu tampak semakin seru. Hingga tiba pada sebuah belokan dan mereka berlalu.


Rasanya tak ingin kulanjutkan cerita ini karena aku hilang materi, mungkin karena sesak banyaknya asap yang hinggap dengan sengaja dalam benakku. Okeh, baiklah ini dia.
Motor masih melaju dengan kondisi malam yang sedikit berkabut, ya itu karena asap kiriman dari daerah yang pada saat itu sedang musim membakar hutan untuk ladang. Rafa dan Ria masih asik ngobrol di atas motor, entah obrolan apalah itu, tapi tampaknya begitu seru sehingga sepertinya Rafa yang mengemudi tak terlalu fokus pada jalan. Itu membuatnya kadang ngerem mendadak karena tiba-tiba di depannya ada kendaraan lain yang tak disadarinya entah datang dari mana. Malam itu memang bukan malam minggu, malam jumat malahan. Tapi apalah daya ketika rindu ingin bertemu, ku rasa kau juga tahu apa yang harus dilakukan.
Di depan ada sebuah belokan, tepatnya pertigaan. Rafa agak sedikit kebingungan hendak belok ke arah mana.
“Ya, belok kemana nih” tanyanya pada Ria dengan harapan setidaknya ia tidak bingung memutuskan hendak ke arah mana.
“Ah, terserah kau sajalah, aku sih pasrah”
“ ...”
Namun apalah daya bila semua jawaban bila ditanya kemana dijawab dengan terserah. Rafa tak bisa menyalahkan ria karena memang yang ngajak keluyuran itu Rafa, harusnya ia sudah punya satu tempat yang akan dituju bila tak mau bingung seperti itu.
Dengan sedikit keraguan akhirnya ia memutuskan untuk belok ke arah kanan. Ada banyak tempat memang yang bisa di tuju di sana, salah satunya taman kota.
“Eh ya, gimana kalau kita singgah di taman kota, yang sekedar istirahatkan motor, kasian dia dari tadi jalan terus, dinaiki lagi, berdua lagi”
“ayolah, aku juga capek duduk terus, eh kita ngopi aja ya disana”

“okelah kalau begitu” jawab Rafa kemudian menampah sedikit pulasan pada gas motornya.

Bersambung... [jika emang ada niat nyambungnya]

Senja yang Terlewatkan

raymunduswendi | Oktober 16, 2013 | Jadilah yang pertamax!

Senja
Dalam hening kepalaku pusing
duduk termangu menatap penuh kehampaan
sebuah harapan yang kian menghilang
raib termakan gelap malam

Satu sosok berupa bayang
ya, bayang kelam yang yang siap menerjang
tanpa pandang siapa aku, ia takkan segan
kegagalan ia kusebut.

Mimpi...
Itu bukan mimpi, semua memang terjadi
Dan akan terus menjadi bila tak kuhentikan

Ketika ku rasa nyaman, ku lupa ternyata aku sedang berjuang
Berjuang yang tak kunjung habis
Nyaris, ya.. nyaris bahkan sangat dekat
ibarat garis bertemu garis, membentuk sebuah rupa
Rupa dengan aneka ragam, aneka macam, aneka dan aneka lagi.

Sutu senja telah terlewat,
Satu kertas yang tak berbekas
Satu masa akan terasa aku begitu tua

Dan itu ketika aku bangun dari tidur senjaku.


10 Hal Unik yang Terjadi pada Tubuh Saat Kita Tidur

raymunduswendi | Oktober 02, 2013 | Jadilah yang pertamax!


Siapapun yang mendengar kata tidur akan terbayang nyamannya kasur, istirahat yang nyenyak hingga relaksasi yang diperoleh seusai tidur. Tapi yang tak banyak diketahui adalah saat tidur tubuh juga mengalami hal-hal unik. Apa sajakah itu?

Tak usah keburu panik, meski unik, ke-10 hal ini dianggap normal oleh banyak pakar. Untuk lebih jelasnya, simak paparannya seperti dikutip dari Woman's Day, berikut ini.

100 Kalimat Inspirasi dalam Lirik Lagu Iwan Fals.

raymunduswendi | Oktober 01, 2013 | Jadilah yang pertamax!

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto adalah seorang Penyanyi beraliran balada dan Country yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia (wikipedia). Sebagai seorang penyanyi dan penulis lagu yang dikenal dengan tema-tema lagunya yang diangkat seputar kehidupan, sosial, dan (kritik) politik, tentulah banyak kalimat-kalimat dalam lirik lagunya yang dapat dijadikan inspirasi. Berikut 100 kalimat inspirasi yang terdapat dalam lirik lagunya.